PMI Manufaktur S&P Global Indonesia April ke Wilayah Kontraksi 46,7
- PMI Manufaktur S&P Global April masuk ke wilayah kontraksi di bawah 50.
- Rupiah belum menunjukkan reaksi karena pasar belum dibuka.
PMI Manufaktur S&P Global Indonesia untuk bulan April turun ke 46,7 dari 52,4 pada bulan Meret. Menunjukkan bahwa sektor manufaktur Indonesia memasuki kontraksi karena berada di bawah ambang 50.
Menanggapi temuan survei, "Sektor manufaktur Indonesia memasuki triwulan kedua 2025 dengan catatan kurang baik, kontraksi pertama dalam lima bulan di tengah penurunan tajam pada penjualan dan output. Terlebih lagi, PMI umum menunjukkan tanda-tanda penurunan tajam pada kesehatan sektor sejak Agustus 2021." kata Usamah Bhatti, Ekonom S&P Global Market Intelligence, menambahkan, "Menanggapi keadaan tersebut, perusahaan menerapkan PHK dengan mengurangi pembelian dan tenaga kerja serta mengurangi jumlah stok input dan barang jadi. Perkiraan jangka pendek masih suram karena perusahaan mengalihkan kapasitas untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan akibat tidak ada penjualan, tampaknya kondisi ini akan berlanjut beberapa bulan mendatang."
Reaksi Pasar
Belum ada respon dari Rupiah karena pasar belum dibuka. Pada hari Kamis, Rupiah ditutup menguat di 16.594 terhadap Dolar AS, mata uang ini terus melanjutkan penguatan setelah mencatatkan titik terlemah sepanjang masa di area 16.900an pada awal April 2025.
Indikator Ekonomi
PMI Manufaktur S&P Global
Indeks Manajer Pembelian (PMI) yang dirilis oleh S&P Global menangkap kondisi bisnis di sektor manufaktur. PMI manufaktur merupakan indikator penting dari kondisi bisnis dan kondisi perekonomian secara keseluruhan di Indonesia. Hasil di atas 50 merupakan sinyal bullish bagi Rupiah, sedangkan hasil di bawah 50 dianggap bearish.
Baca lebih lanjutRilis terakhir: Jum Mei 02, 2025 00.30
Frekuensi: Bulanan
Aktual: 46.7
Konsensus: -
Sebelumnya: 52.4
Sumber: S&P Global