Back

BBTN Turun Lebih dari 4% ke 1.195, Tapi Masih Pertahankan Tren Naik

  • BBTN menunjukkan penurunan untuk dua hari perdagangan berturut-turut.
  • Indonesia mengalami deflasi pada bulan Mei 2025.
  • Saham ini masih mempertahankan tren naik saat di atas SMA 200-hari

BBTN diperdagangkan di 1.205 turun 3,98% pada saat berita ini ditulis. Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. membuka perdagangan pertama setelah akhir pekan panjang di 1.255 dan turun ke 1.195 di jam-jam awal pembukaan. Level tersebut merupakan terendah hari dan level terendah sejak pertengahan Mei 2025. Saham ini melanjutkan penurunan setelah mencatatkan tertinggi baru 2025 di 1.320 pada 22 Mei, masih naik 5,70% pada basis tahun berjalan pasca turun ke terendah 2025 di 755 pada akhir Maret 2025.

Penurunan Suku Bunga BI Belum Tercermin Dalam Data Inflasi Mei 2025

Sejauh ini tidak ada aksi korporasi yang berada di balik penurunan BBTN. Sebelumnya hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis data Indeks Harga Konsumen. Pada bulan Mei 2025, Indonesia mengalami deflasi 0,37% bulan-ke-bulan dari 1,17% pada bulan sebelumnya. Pemotongan suku bunga yang dilakukan Bank Indonesia pada 21 Mei 2025 tampaknya belum berefek pada data inflasi, sehingga data ini tampaknya diabaikan oleh pasar.

Ke depan, tidak akan ada data ekonomi untuk Indonesia kecuali Cadangan Devisa Indonesia yang akan dirilis pada hari Jumat 6 Juni 2025, hari saat pasar tutup karena libur Idul Adha 1446 Hijriah.

Grafik Harian BBTN – Analisis Teknis

BBTN

BBTN masih mempertahankan tren naiknya meskipun saham ini turun untuk dua hari perdagangan berturut-turut. Hal tersebut diindikasikan oleh posisi saham ini yang masih berada di atas Simple Moving Average (SMA 200-hari), saat ini di 1.190. Average ini membatasi penurunan BBTN sejauh hari ini.

Struktur higher highs dan higher lows dalam BBTN juga memperkuat tren naik yang saham ini bangun sejak mencatatkan terendah 755 di Maret tahun ini. Penurunan BBTN saat ini masih diaggap sebagai koreksi dan membentuk higher low baru. Struktur ini masih berlaku selama koreksi tidak menembus higher low sebelumnya di 1.035.

Support terdekat yang harus dihadapi BBTN adalah 1.195 (SMA 200-hari), yang jika ditembus, akan meragukan tren naik untuk sesaat. Namun jika SMA tersebut ditembus dengan jelas, saham ini masih memiliki peluang untuk mempertahankan tren naik selama BBTN turun ke dan memantul dari 1.105 (higher high 28 April 2025). Aksi jual berkelanjutan yang menembus higher high tersebut jelas mematahkan tren naik dan merusak struktur higher highs dan higher lows, sehingga demikian, BBTN berpotensi melanjutkan tren menurun jangka panjangnya dan mengekspos terendah 2025 di 755, yang juga merupakan level-level Mei 2020.

Namun jika penurunan saat ini memang koreksi dan membentuk higher low baru, BBTN bisa naik ke resistance terdekat di 1.320 (tertinggi 2025 yang diraih pada 22 Mei, higher high), 1.400 (level angka bulat), dan 1.455 (tertinggi 31 Oktober 2024, lower high).

pertanyaan umum seputar Inflasi

Inflasi mengukur kenaikan harga sekeranjang barang dan jasa yang representatif. Inflasi utama biasanya dinyatakan sebagai perubahan persentase berdasarkan basis bulan ke bulan (MoM) dan tahun ke tahun (YoY). Inflasi inti tidak termasuk elemen yang lebih fluktuatif seperti makanan dan bahan bakar yang dapat berfluktuasi karena faktor geopolitik dan musiman. Inflasi inti adalah angka yang menjadi fokus para ekonom dan merupakan tingkat yang ditargetkan oleh bank sentral, yang diberi mandat untuk menjaga inflasi pada tingkat yang dapat dikelola, biasanya sekitar 2%.

Indeks Harga Konsumen (IHK) mengukur perubahan harga sekeranjang barang dan jasa selama periode waktu tertentu. Biasanya dinyatakan sebagai perubahan persentase berdasarkan basis bulan ke bulan (MoM) dan tahun ke tahun (YoY). IHK Inti adalah angka yang ditargetkan oleh bank sentral karena tidak termasuk bahan makanan dan bahan bakar yang mudah menguap. Ketika IHK Inti naik di atas 2%, biasanya akan menghasilkan suku bunga yang lebih tinggi dan sebaliknya ketika turun di bawah 2%. Karena suku bunga yang lebih tinggi positif untuk suatu mata uang, inflasi yang lebih tinggi biasanya menghasilkan mata uang yang lebih kuat. Hal yang sebaliknya berlaku ketika inflasi turun.

Meskipun mungkin tampak berlawanan dengan intuisi, inflasi yang tinggi di suatu negara mendorong nilai mata uangnya naik dan sebaliknya untuk inflasi yang lebih rendah. Hal ini karena bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi yang lebih tinggi, yang menarik lebih banyak arus masuk modal global dari para investor yang mencari tempat yang menguntungkan untuk menyimpan uang mereka.

Dahulu, Emas merupakan aset yang diincar para investor saat inflasi tinggi karena emas dapat mempertahankan nilainya, dan meskipun investor masih akan membeli Emas sebagai aset safe haven saat terjadi gejolak pasar yang ekstrem, hal ini tidak terjadi pada sebagian besar waktu. Hal ini karena saat inflasi tinggi, bank sentral akan menaikkan suku bunga untuk mengatasinya. Suku bunga yang lebih tinggi berdampak negatif bagi Emas karena meningkatkan biaya peluang untuk menyimpan Emas dibandingkan dengan aset berbunga atau menyimpan uang dalam rekening deposito tunai. Di sisi lain, inflasi yang lebih rendah cenderung berdampak positif bagi Emas karena menurunkan suku bunga, menjadikan logam mulia ini sebagai alternatif investasi yang lebih layak.

 

Indeks Manajer Pembelian - SVME Swiss Mei di Bawah Harapan (46.5) : Aktual (42.1)

Indeks Manajer Pembelian - SVME Swiss Mei di Bawah Harapan (46.5) : Aktual (42.1)
Đọc thêm Previous

Kurs Rupiah Indonesia Menguat di Awal Pekan, USD/IDR Tertekan, Tunggu Data PMI ISM AS

Pasar keuangan Indonesia kembali dibuka pada Senin ini dan mata uang Rupiah Indonesia (IDR) mencatat penguatan terhadap Dolar AS (USD). Menjelang sesi perdagangan Eropa, kurs Rupiah bergerak di kisaran Rp16.285 per dolar AS, menguat sekitar 0,51% dibandingkan penutupan sebelumnya.
Đọc thêm Next